Penginderaan jauh
telah digunakan lebih dari satu abad yang lalu, diawali oleh citra foto yang
diperoleh dengan menggunakan balon udara dan kemudian berlanjut dengan pesawat
udara serta satelit.  Perkembangan awal
foto udara, suatu bentuk pendineraan jauh yang berkembang dari foto yang
diambil menggunakan kamera yang dibawa oleh balon udara dan layang-layang,
sebagian besar dipicu oleh kebutuhan militer.
Penyediaan informasi
dengan menggunakan pesawat terbang dan wahana luar angkasa mata-mata untuk
daerah yang sulit didatangi telah terbukti dapat memberikan gambaran kemampuan
militer sebuah negara.  Kemanjuan teknologi
komputer dan perekaman data membuat citra digital telah dapat digunakan sejah
tahun 1970-an yang kemudian membawa pada perkembangan sistem pengolahan dan
berbasiskan komputer serata memungkinkan pengolahan dan analisis data
penginderaan jarak jauh yang memiliki resolusi spasial tinggi.
Pada tahun-tahun berikutnya,
sensor-sensor baru kemudian dibuat misalnya scanner
multispectral, radar (radio detection and ranging) dan lidar (light detecting and ranging).  Pada tahun 1990-an, pengelanan teknologi
posisi satelit, komputer berkecepatan tinggi, dan kemajuan dibidang
fotogrametri dan telekomunikasi secara dramatis telah meningkatkan kecepatan
dan akurasi citra untuk direkam, dianalisis, dan disebarkan ke para pengguna.  Saat ini bebrapa satelit sipil telah
mengumpulkan gambaran muka bumi secara terus menerus dan memberikan beragam
informasi untuk kita semua.
Sejarah penginderaan
jauh modern diawali oleh penemuan kamera fotografi 150 tahun lalu.  Pada tahun 1858 diproduksi foto udara pertama
yang diambil dengan menggunakan balon udara yang terbang pada ketinggian 80
meter.  Pemanfaatan pertama foto udara
untuk keperluan militer terjadi selama perang sipil di Amerika Serikat pada
tahun 1862. 
Pada awal tahun
1990-an, kemajuan teknologi fotografi telah membawa perubahan ukuran kamera
menjadi lebih kecil serta lensa dan film yang lebih cepat sehingga memungkinkan
foto udara dapat dihasilkan dari wahana yang berukuran kecil termasuk
didalamnya menggunakan layang-layang dan burung merpati. 
Pada perang dunia
ke-1 diperlihatkan perkembangan foto udara dan metode interpretasi citra yang
sangat cepat dibidang militer.  Terjadinya
perang dunia ke-2 telah memacu para ahli untuk mengembangkan teknologi
penginderaan jauh baru seperti fil fotografi dan filter khusus yang kemduian
berlanjut pada perkembangan film infra merah berwarna. Selanjutnya, kemajuan
penting pada periode ini ditandai dengan munculnya teknologi radar yang
digunakan untuk mendeteksi keberadaan objek, perekaman objek pada malam hari
dan memandu operasi pengeboman pada kondisi cuaca buruk.  
Pada periode tahun
1950 sampai dengan tahun 1970-an, perkembangan penginderaan jauh ditandai
dengan pemanfaatan film infra merah berwarna, kemajuan perekaman citra radar
dan perekaman data menggunakan band
spektral berjumlah banyak (multispectral
bands) serta scanner optis yang
mampu menghasilkan citra multispectral dalam
bentuk digital (Arnonoff, 2006).
Tahun 1960,
diluncurkan television and infrared
observation satellite (TIROS-1) yang merupakan satelit pemantau bumi nonmiliter
pertama untuk keperluanpengamatan cuaca. 
Satelit cuaca pertama ini memberikan gambaran pola awan dan detail
bentuk permukaan bumi pada resolusi spasial tendah.  Peluncuran TIROS-1 telah menjadi dasar
pengembangan satelit sumberdaya bumi pertama, yaitu Earth Resources Technology Satellite (ERTS-1) yang merupakan cikal
bakal dari generasi satelit, Landsat (Land
Satellite) yang masih beroperasi hingga saat ini.
Artikel ini dapat didownload pada Scribd dengan klik disini! 
Sumber:
Aronoff, S. (2006). Remote Sensing for GIS Managers.
California: ESRI Press, Redlands.
Purwadhi, SH. Dan Sanjoto, T.B.
(2008). Pengantar interpretasi Citra Penginderaan Jauh. Jakarta: LAPAN.

 
 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar